“Industri perhotelan fokus memberikan pelayanan
terbaik kepada tamu. Karena itu, jangan heran apabila pekerjaan ini menuntutmu
untuk bisa bersabar dan gesit dalam menghadapi orang lain. Semua pekerjaan yang
bergerak di bidang jasa, umumnya sama. Membutuhkan karyawan yang ramah dan
memiliki jiwa melayani yang baik. Pada segala suasana. Dibutuhkan keramahan
untuk bisa melayani tamu dengan baik, juga kesabaran ekstra menghadapi komplain
atau permintaan tamu”. Yakin sanggup? Kata saya saat memotivasi anak-anaku kelas sepuluh. Duluu..saat
pertama kali mereka menginjakkan kaki di SMK Pariwisata Metland.
“Umumnya hotelier itu cantik cantik, ganteng kaya kalian ini,” kata saya memuji. Adalah karyawan
hotel terlihat sangat rapi dengan jas dan seragam yang modis. terlebih lagi,
karyawan wanita yang tampil anggun dengan sepatu heels serta riasan dan tatanan
rambut yang cantik. Namun jangan salah, dibalik itu semua ada fisik yang lelah.
Akibat harus berdiri terlalu lama. Atau bisa juga emosi yang terkuras setelah
menghadapi ratusan tamu. Masih mau?
Sebabagai guru, tugas saya memang memotivasi anak
didik. Meskipun saya pribadi tidak memiliki pendidikan latar belakang
perhotelan, Tapi terus terang kian hari
saya kian bangga menjadi salah seorang staf pengajar di sekolah ini. Saya yakin
anak anak juga pasti memiliki kebanggaan serupa saya. Walikelasnya. Kenapa bangga? Setiap tahunnya , bahwa dari
seluruh kompetensi keahlian, jurusan perhotelan adalah jurusan yang paling
gampang terserap di industri ! ini bukan hox, tapi fakta.
Diakui ada
beberapa kesan miring terkait dengan sekolah perhotelan atau mereka yang bekerja
di industri perhotelan. Misalnya ada yang bilang “kuliah
susah susah, mahal mahal, ujung ujungnya jadi babu juga kan?”
Saya jawab, “Ketahuilah anak anak kami sudah kebal dengan ocehan sperti itu. justru mereka dididik untuk menjadi para
profesional yang hidup di abad milenial! Presidenpun adalah pelayan juga,
pelayan bagi masyarakat, polisi adalah pelayan, para hakim juga memberi
pelayanan, demikian;ah sama juga seperti anak perhotelan, memberikan pelayanan.
Terhormat karena melayani orang orang terhormat. Jika sekedar babu yang bekerja
cukup menggunakan otak saja, tapi anak
perhotelan belajar susah tentang psikologi pelayanan, komunikasi, sampai
bahasa untuk bisa memberikan pelayanan terbaik, bekerja dengan otak juga hati.
Hotel? Pasti
deh mengurus sesuatu yang negatif.
Pemikiran
yang teramat sangat sempit, jika menganggap perhotelan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan yang negatif. Tidak
selamanya dunia bisnis perhotelan identik dengan dunia hedonisme. Sebagian
orang mengatakan dunia ini tak lepas dari pesta dan hura hura, minuman beralkohol,
shortime perempuan dan perselingkuhan. Bagi
saya hal semacam itu kembali kepada kualitas individunya. Sesuatu yang harus dihindari karena tidak
sejalan dengan budaya dan nilai nilai agama, harus dihindari. Dimanapun! Kami di bidang moral kegamaan juga merasa punya obligasi
moral yang tak bisa lari lepas begitu aja dari tantangan ini.“Kalau otaknya udah
negatif, gak usah di bawa bawa ke pekerjaan orang dong. Kalau mau negatif,
kerja (maaf) di Departemen Agama juga bisa,
korupsi di kementian agama juga ada kan? kalau kami mau jadi baik, kerja
di hotel itu selalu bisa menjadi penyalur berkat bagi hidup kami dan keluarga.” ujar anak didik kami (maaf) sedikit*naik darah*
Sebagai muslim kami juga bangga
bahwa dunia hospitality justru dipelopori oleh generasi muslim sejak awal. Islam
sebagai agama, telah menjadi perintis dalam
mengembangkan sistim layanan dunia perhotelan. Hotel bahasa Arabnya
adalah al funduq. Kata ini berasal dari persia (lisan al arab, ibnu
manzhur, 10/313). Istilah yang ternyata telah populer dikenal sejak awal peradaban islam.
Dalam kaitan ini Alquran surat an Nur ayat 29, Allah berfirman;
“Tidak dosa atasmu memasuki rumah yang tidak didiami, yang di dalamnya ada
keperluanmu”. Imam Thabari menafsirkan ayat tersebut dengan “wahai manusia,
tidak ada dosa atasmu untuk memasuki rumah-rumah yang tidak berpenghuni tanpa
izin”. Maksudnya apa? Ia menyimpulkan atas
komentar sebagian besar ulama yang berpendapat bahwa rumah yang dimaksud adalah
hotel atau rumah-rumah yang dibangun di perjalanan dan tidak memiliki penghuni tertentu.
Rumah-rumah tersebut dibangun untuk para pelancong dan orang-orang yang dalam
perjalanan agar mereka menginap dan menempatkan barang-barang mereka di situ”
(jami’
al bayan fi ta’wil al quran, thabari, 19/151).
Sejarah islam menggambarkan bahwa, trend penyiapan
hotel, guest house dan rest
area gratis telah ada pada abad ke delapan, yakni masa pemerintahan Ummayah. Tepatnya sekarang di
kota Aspahan, Iran ada sekitar 1.600
hotel dan rest area. Demikian juga di Almeria (spanyol) ada 970 hotel dan rest
area yang bertebaran di kota itu. Tersedia untuk publik dan
gratis!.
Teman dekat saya yang pernah berkunjung ke sana, mengaku bingung ko
bisa gratis. Ternyata, semangat nilai Islam dalam hal mempelopori bidang
pelayanan, amat tinggi. Dalam Hadistnya,
Nabi menggariskan, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hargai dan mulyakan tamu”. Bayangkan, salah satu indikator orang dianggap
beriman atau tidak, identik dengan sehebat mana dia menghargai dan melayani tamunya.
Saya pikir, etos kerja semacam inilah yang menjadi spirit yang membuat bisnis
jasa layanan berkembang pesat.
Kunjungan para wisatawan lokal maupun asing, dapat mendukung pendapatan bagi sejumlah orang.
Mulai para pemandu wisata, tukang ojek, tukang parkir, sampai dengan para
pedagang. Sehingga dunia pariwisata tidak hanya sekedar memberikan keuntungan
bagi pemilik usaha bidang pariwisata tetapi juga membuka peluang kerja bagi masyarakat di luar
sektor pariwisata.
Sahabat..itulah sedikit alasan kenapa kami bangga menjadi bagian
dari SMK Pariwisata Metland. Di usianya yang ke 6 tanggal 31 Maret, kami akan
terus bersama dan tetap berdoa agar SMK Metland tetap jaya dan semakin maju, ikut
bersama memajukan pendidikan Nasional di Indonesia khususnya dibidang Hotel dan
Pariwisata. Selamat Ulang Tahun SMK Pariwisata Metland. Semoga tetap jaya. Bravo