"Tunjukkan Padaku di mana Tuhan"



Dalam sebuah kegiatan belajar di Kelas, ada siwa yang bertanya kepada saya : “Dimana adanya Tuhan? Saya  tidak langsung menjawab, sebagai guru biasanya saya minta pendapat  siswa lain untuk mencari jawabannya. “Tuhan ada di langit, jawabnya. Tuhan diatas Arsy, Tuhan  berada di hati manusia. Tuhan ada dimana mana.”  Semuanya saya bilang benar, karena masing masing ada logika pembenarannya.


Tapi baiklah saya memulai ilustrasi “Pernah membayangkan kalian duduk di kursi menghadap ke meja belajar, kemudian kalian putar tombol lampu belajar pada titik “ON”, lalu pyaarr, lampu itu menyala menerangi meja belajar dan kalian pun lega karena bisa melihat lembaran-lembaran buku dengan jelas.

Bagaimana lampu itu menyala? Tentu saja kalian akan menjawab dengan mudah, lampu itu menyala karena bohlam pijar itu teraliri listrik. Apakah terlihat  energi listrik yang mengalir melalui kabel itu? Tentu saja kita  tidak dapat melihatnya karena energi listrik memang tidak terlihat mata telanjang. Kalau kalian tidak melihat energi listrik, lalu bagaimana kalian percaya bahwa energi listrik itu ada. Kalian akan menjawab bahwa nyalanya lampu belajar adalah bukti adanya listrik, karena tanpa listrik lampu tidak akan menyala.

Kepercayaan terhadap adanya listrik tanpa melihat wujud listrik itulah yang dapat disebut sebagai “iman”. Iman adalah meyakini adanya sesuatu dengan penuh keyakinan setelah mempelajari bukti-bukti keberadaannya walaupun tanpa melihatnya.


Sahabat ku....sesungguhnya saya tidak akan  fokus membahas tentang Tuhan. Notes ini adalah sedikit bagian dari respon saya terhadap sahabat dekat saya yang tampak masih galau “belum terima” dengan mewabahnya COVID 19 atau yang dikenal Virus Corona belakangan ini. Virus ini membuat manusia seperti dihantui teror amat menakutkan. Virus yang membuat kejang kejang pada organ pernapasan korbannya telah menginveksi lebih dari 100 negara di dunia dan telah mengakibatkan 6400 orang meninggal dunia. WHO pun telah menyatakan virus Corona sebagai pandemi.

Akhirnya, saat virus makin menerjang, dan korban makin banyak berjatuhan kini, masjid masjid yang biasa diisi ramai dengan kegiaatan berjamaah sekarang jadi sepi. Kajian studi islam yang selama ini banyak diminati remaja remaji masjid  untuk sementara dihentikan.  Bahkan tadi pagi, tetangga dekat saya yang hendak ke masjid  kembali pulang ke rumahnya  menyusul pengumuman DKM mesjid setempat bahwa shalat jumat diliburkan ! .
Dia masih ngebatin, sepanjang jalan bersama saya dia nyeletuk.” Kalau di tempat ibadah saja, di rumahNya sendiri Tuhan tidak mau menolong hambanya, lantas buat apa kita menyembahNya dan menjadikan dia sebagai Tuhan. Dimana kah gerangan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Melindungi?

Pertanyaan radikal memang. Goncangan batin sahabat saya itu cukup mengingatkan saya kembali dengan puisinya  KH  Mustafa Bisri berjudul : “Tuhan Mengajarkan Melalui Qarana”

Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka'bah.
Bukan di dalam gereja.
Bukan di masjid
Bukan di mimbar khotbah
Bukan di majels taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat Jumat.

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci.
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang …
Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Masyarakat beragama meyakini Tuhan maha pengasih, penyayang, pemberi dan pembawa segala kebaikan. Orang-orang beriman dalam agama apapun akan senantiasa merasakan kehadiran Tuhan seorang Muslim akan menganggap keluhuran budi manusia sebagai “tajalliy” atas keluhuran Tuhan di Bumi.

Pernyataan Tuhan ada dimana? Menurut pakar tafsir Al-Raghib al-Ashfahani di kitab Al-Mufradat fi Gharib Alqur'an, bermakna bahwa Tuhan pada hakikatnya amat dekat hamba-Nya. Bahkan menurut Alquran (QS. 50:16), Tuhan justru lebih dekat kepada manusia ketimbang urat nadinya. Namun, kedekatan-Nya tidaklah bersifat fisik melainkan bersifat rohan.

Tapi, jika kita mau lebih jujur dan  mengakui segala kekurangan diri, tidak sulit menemukan jawaban di manakah Allah berada. Imam asy-Syafi’i berkata: Berbicara tentang sunah yang menjadi pegangan saya, murid-murid saya, dan para ahli hadis yang saya lihat dan yang saya ambil ilmunya, seperti Sufyan, Malik, dan yang lain, Dimana adanya Tuhan? Dia adalah ada, karena ikrar yang diyakini seseorang bahwa Tuhan memang ada (Duakalimah syahadat) seraya bersaksi : bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah”, (Kitab I’tiqad al-Imamil Arba’ah, bab 4)

Sahabat  maka bersama mari kita tingkatkan terus kewaspadaan terhadap kian menjangkitnya virus Corona. Kita setuju untuk stay at home. Sesuai anjuran resmi pemerintah. Namun demikian agar juga jangan luput dari keyakinan bahwa Virus adalah mahluk  juga yang diciptakan Allah. Bahwa semua mahluk tunduk dibawah hukum Allah sang khaliq.  Marilah juga merapat diri lebih rapat lagi kepada  Allah SWT. Lebih dekat lagi kepada sang Pencipta yang menguasai semua yang dicipta. Perbanyaklah berdoa. Lebih serius  lagi menjalin hubungan kepada Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangan sebagai manusia; Berdzikirlah sebanyak banyaknya : syahadatain, istighfar dan shalawat.
 
: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah tempat hamba meminta bantuan, pertolongan dan perlidungan dalam segala urusan dan persoalan hidup dan kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti”.Demikian salah satu konten dari kalimat kesaksian seorang hamba.  Maka sehebat apapun jenis virusnya, secanggih apapun  daya penularannya, tidak akan mampu menembus kulit seorang hamba yang sudah terlindungi Kuasa Tuhan. Seperti Ibrahim AS yang tidak hangus terbakar api. Seperti Yusuf yang terlindungi seperti juga Musa yang terselamatkan dari kekejaman pasukan Firaun.

Sahabat..Tuhan tak perlu dicari, karena keberadaanya ada dimana-mana. Tuhan tak perlu diperdebatkan karena Tuhan adalah sumber dari segala ilmu Pengetahuan. rasakan jiwamu dan bukalah mata hatimu untuk melihat kehadiran Tuhan. Lalu ikrarkan kesaksianmu !
Allah SWT akan menyambut hamba-Nya yang dengan tulus dan ikhlas hendak kembali ke jalan-Nya. Semoga ikhtiar maksimal dan keyakinan yang penuh akan Kuasa Tuhan menggenapkan segala upaya Bangsa ini terbebas dari penularan Virus Corona.

Dalam sebuah hadits Qudsi yang sangat populer di kalangan kaum sufi, Allah SWT berfirman, "Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, maka aku telah datang menghampirinya sehasta. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang menyambutnya dengan berlari. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berlari, maka aku datang menyongsongnya lebih cepat lagi."
Seperti kata  puisi ini lagi..

Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok Ratapan dipagari
Paskah tak pasti
Ka'bah ditutup
Shalat Jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat Tarawih Ramadhan mungkin juga bakal sepi.

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh!
Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.
Datangi, temui dan kenali DIA
di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya. Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.


9 komentar:

  1. subhanallah, luar biass, ayoo tulisan berikutnya sy tunggu...tulisannya menguatkan iman

    BalasHapus
  2. Waduh luar bias nih abi tulisannya, filsafat tingkat tinggi..... Anda layak jadi DOSEN!

    BalasHapus
  3. Subhanallah Bi, tulisan ini membuat sy tambah yakin bahwa Allah itu maha segalaNya buat kita..

    BalasHapus
  4. Abiiii...love u so much.... merinding akuuu...

    BalasHapus
  5. Your writting is a little controversion with the fact. Relgious activity is supoosed as simbol only. In the beginning, you don't focus on the exista cy of God but in the last, you stresses that God self recoqnation could be done by person at the quite place. I'm as a reader who become a little confuse.

    BalasHapus
    Balasan
    1. I dont want to ignore the facts ... but I am also warning us that in religion there is an inner dimension that can come out into rejection energy for all protection of corona viruses. Tengkyou mr Us for your attention

      Hapus

ASKETISME saat Stay at Home

Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah ...