ASKETISME saat Stay at Home



Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah saja sudah pasti, tapi memilih stay at home selama pandemi Corona adalah langkah bijaksana.

Orang yang terbiasa berpikir positif, dalam kondisi yang paling terhimpit sekalipun tetap mampu memproduksi pikiran dan karya yang positif. Stay at home dengan segala persoalan yang muncul, sebaiknya bukan alasan untuk tidak produktif.
“Justru saat hening bisu, saat yang paling tepat untuk me-refress diri. Menajamkan mata hati, mengevaluasi yang telah berlalu dan mengidentifikasi langkah kedepan sesuai tantangan yang ada. Dengan demikian kita tetap menjadi yang terdepan dan akan diikuti oleh sekolah sekolah lain,” kata Darmawan Sunardja.M.MPar Kepala Sekolah SMK Pariwisata Metland Cileungsi saat menjelaskan : “Strategi Pembelajaran online selama Ramadhan, dan Upaya Membangun Kekhusyuan bulan Suci di Era Pandemi, Metscho 10 April lalu.

Menurut Pak Darmawan, biasa dipanggil, justru saat hening seperti sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk menajamkan dimensi bathin seseorang kemudiannya menemukan ide dan gagasan baru yang lebih cemerlang. Menjadi lebih bahagia dan hidup bermakna bagi orang lain.

Kondisi bathin yang refress, dalam situasi spiritual yang kudus, pada gilirannya melahirkan energi pendorong yang luat biasa untuk menemukan sesuatu yang baru. Akurasi ide dan gagasan akan lebih mengarah ke masa depan, bisa dipertanggungjawabkan dan semuanya terbimbing oleh energi Tuhan. Praktek asketik semacam ini dalam Islam pada hakekatnya sudah ada sejak Rasululah Saw melakukan aktivitas bertahannust di gua Hira, saat menerima wahyu pertama. Hal ini merupakan pertanda bahwa praktek asketisme dalam Islam sebagai langkah awal lahirnya kehidupan baru, tatanan dunia baru yang lebih baik dan terbimbing.

Asketisme adalah praktik keagamaan yang menganjurkan umatnya untuk menanamakann nilai-nilai agama dan kepercayaan kepada Tuhan, dengan jalan melakukan latihan-latihan dan praktek-praktek rohaniah.

Salah satu bahasan asketik yang paling populer dari tradisi ini adalah apa yang diistilahkan dengan Tafaqur, Tadabur, dan Tasyakur. Tema ini pernah penulis sampaikan saat khutbah jum'at di Mushola Al-khawarizmi SMK Pariwisata Metland seminggu sebelum kami melakukan swakarantina di rumah masing masing.

Urgensi Tafakur Tadabur

Istilah dalam Bahasa Arab Tafaqur, Tadabur, dan Tasyakur itu satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Jika manusia tidak suka tafakkur, tidak mau tadabbur (meneliti) terhadap fenomena-fenomena alam ciptaan Allah SWT, maka sulit untuk dapat bersyukur kepada Sang Pencipta alam ini, karena hatinya penuh dengan kegelapan. Menjadi orang yang takabbur dan kufur (kufur nikmat) atau sebaliknya pesimis dan patalistis.Segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT lebih banyak digunakan untuk melakukan kedurhakaan alias maksiat. Akibat dari kekufuran ini, maka adzab Allah SWT yang akan dirasakan. Al-Qur’an menjelaskan, banyak negeri dan bangsa dihancurkan Allah karena manusia atau penghuni negeri itu tidak pandai bersyukur.

Tafakur dalam pengertian sederhana artinya berfikir, memikirkan, merenungkan, atau meditasi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Dalam Al-Qur’an, tafakkur diperintahkan oleh Allah SWT sesuai Surat Ali Imran ayat 190-191,:

“Sesungguhnnya semua manusia diperintahkan untuk bertafakur menerenungkan tanda-tanda atau fenomena-fenomena alam ciptaan tuhan, agar timbul kesadaran bahwa dibalik itu ada dzat yang maha kuasa, yang maha agung, dan yang maha bijaksana yaitu sang pencipta, Allah SWT.”
Menuruut para sufi, Tafakur adalah cara untuk memperoleh pengetahuan tentang tuhan dalam arti yang hakiki. Para Ulama mengatakan bahwa tafakur itu ibarat pelita hati, sehingga dapat terlihat baik dan buruk maupun manfaat dan madharat dari segala sesuatu.

Sedangkan tadabur adalah suatu gambaran penglihatan hati terhadap akibat-akibat sebuah kejadian. Baik tafakur maupun tadabur, keduanya sama-sama dilakukan dengan menggunakan mata hati. Bedanya, tafakur dilakukan untuk meneliti dalil atau indikator segala sesuatu hal, sedangkan tadabur dilakukan untuk meneliti akibat-akibatnya.
Tasyakur artinya bersukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT.

Tafakur dan Tadabur itulah yang akan mengantarkan manusia pada tasyakur. Hasilnya, manusia akan pandai bersyukur dengan memanfa’atkan nikmat yang diberikan padanya di jalan yang benar sesuai kehendak-Nya. Dalam kondisi dan situasi apapun.


Pada sempit dia berlapang dada, pada bahagia dia pandai bersyukur dan berarti bagi sesama. Semoga saat stay at home seperti sekarang ini menggiring kita untuk selalu bersikap bijak. Tidak mudah mengeluh, menyalahkan sana sini. Tetap beristighfar menjadi hamba Allah yang kenal diri, dan dekat dengan Tuhannya.



2 komentar:

  1. Stay home, work for home, mudah-mudahan menjadikan kita lebih memahami apa artinya tafakur, tadabur dan tasyakur..aamiin
    Hatur nuhun Bi, pencerahannya

    BalasHapus
  2. Selalu ada hikmah di balik suatu kejadian, Stay at home menganjarkan akan kedekatan dengan keluarga, barangkali ini cara Allah untuk mengingatkan kita, bahwa kita jarang ada waktu dengan keluarga... terlalu di sibukkan denga kerja, kerja dan kerja.... Padahal ada yg lebih penting untuk memberikan perhatian kita yakni >>>KELUARGA
    terimakasih bi atas pencerahannya...mantul

    BalasHapus

ASKETISME saat Stay at Home

Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah ...