Menajaga Kebersihan adalah Tuntutan Iman. Mari bersama peduli kebersihan. Menjaga kebersihan lahir dan kesucian bathin membawa kita pada ajaran Iman yang sesungguhnya.
Dalam hadist nabi yang amat populer disebutkan
اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ
“Kebersihan sebagian dari iman.” (HR. Al-Tirmidzi)
Begitu tingginya Islam menghargai hidup bersih, sehingga yang menjaga kebersihan selalu hidup dalam kedaan bersih dan sehat setara pahalanya dengan memelihara keabadian iman dalam diri seseorang. Hidup bersahabat dengan alam, menjaga kebersihan diri dan lingkungan atau isu isu ekologi lainnya, bukan hal yang baru dalam Islam. Pada surat Ar-ruum ayat 41 misalnya Allah menegaskan keharusan kembali bertaubat bagi mereka para pendurhaka karena telah merusak lingkungan.
Sayangnya isu isu ini seperti tenggelam tidak manjadi kajian utama dalam diskusi diskusi keagamaan. Demikian juga dalam praktiknya, seolah menjadi perhatian nomer sekian. Ironis memang. Akibatnya tak dipungkiri banyak lembaga pendidikan Islam, sekolah sekolah agama atau pesantren yang tidak menggap serius prihal kebersihan. Umumnya penyakit gatal yang menyerang kulit para santri di pondok pesantren, misalnya antara lain akibat air yang kotor, sanitasi yang buruk atau istilah lain kurang maksimalnya menjaga kebersihan. Tapi ya itu memang dianggap biasa biasa saja. Sama dengan mudahnya kita menemukan mushola dan mesjid yang tempat wudhu dan buang airnya berbau, bekas air kencing yang tidak mengalir, kotor dan jorok. Sebaliknya mesjid yang bersih, karpet shalat yang harum, tempat wudhu dan toilet yang tidak berbau, alas kaki jamaah yang rapi, tertata baik, menghadirkan rasa aman dan nyaman selama berada di rumah Allah, sesuatu yang masih menjadi dambaan kaum muslimin.
Adanya pandemi Covid- 19 atau virus corona yang mematikan belakangan ini, berdampak positif bahwa orang semakin berhati hati dan waspada tetap hidup bersih!. Padahal jelas dalam konsep awalnya, ada pandemi Corona atau tidak umat Islam hukumnya wajib menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungannya.
Tak kurang bahkan Menteri Agama Fachrul Razi dalam pernyataannya mengijinkan shalat berjamaah di mesjid asal tetap[ kebersihan terjaga, “kecuali kalo mamang kondisi yang darurat dan tak bisa lagi dihindari. Sebaiknya ya di rumah maing masing”. Pada pernyataan melalui whatsapp sekitar pertengahan Maret lalu beliau sempat mengizinkan masjid menggelar pelaksanaan salat Tarawih, buka puasa bersama dan lain-lain, pada Ramadan tahun 2020 ini, asal tetap terjaga kebersihan dan kewaspadaan. “pengambilan air wud betul betul dipastikan air mengalir dengan baik dan ditiap tiap tempat wudhu itu pula disediakan sabun dan anti septik . Mudah- mudahan dengan itu bisa lebih baik dan kemungkinan penularan virus menjadi lebh kecil,” tutur Menag seraya mengajak kaum muslimin banyak berdoa agar pandemi Corona segera berakhir.
Munculnya surat edaran (SE) resmi Kemenag, No 6 th 2020, akhirnya kembali menegaskan agar shalat tarawih dilakukan di rumah masing masing sebagai upaya mencegah, mengurangi penyebaran, dan melindungi pegawai serta masyarakat muslim di Indonesia dari risiko Covid-19," kata Fachrul seperti dilansir Medcom.id, Senin 6 April 2020.
Kembali tetang menjaga kebersihan dalam hadist yang lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ
“Bersuci itu separoh keimanan.” (HR. Muslim)
Saking pentingnya kebersihan, agama ini memposisikannya separuh dari iman. Artinya, tuntutan iman adalah menjaga kebersihan. Maksudnya, puncak pahalanya dilipatgandakan sampai setengah pahala iman. Ada yang mengatakan, maknanya iman menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu, begitu juga wudhu’. Sebabnya, karena wudhu’ tidak sah tanpa iman. Karena harus dengan iman inilah disebut sebagai separoh dari Iman.
Karena itu pula do’a seusai wudhu mengandung permohonan agar Allah selalu menjadikan kita orang orang yang bertaubat dan mensucikan diri.
Allahummajalnii minat tawwaabin waja’alnii minal mutatohiriin (Ya Allah jadikanlah kami orang orang yang bertaubat dan jadikan kami orang yang selalu mensucikan diri) Para ulama mengemukakan bahwa yang dimaksud kesucian diri dalam kaitan itu yakni bukan sekedar menjaga suci badan dari kotoran penyait dan najis lahiriah, melainkan juga suci dari segala kebiasaan buruk dan sifat sifat munafiq
Semoga kita tergolong orang yang mampu mensucikan diri lahir bathin. Karena hanya itulah satu satunya cara masuk menuju jalan Tuhan.
PEDULI HIDUP BERSIH
Mengajar di SMK Pariwisata Metland, Menerima layanan Konseling Spiritual dan Trainer Humanitarian Programe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ASKETISME saat Stay at Home
Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah ...
-
“Industri perhotelan fokus memberikan pelayanan terbaik kepada tamu. Karena itu, jangan heran apabila pekerjaan ini menuntutmu untuk bisa ...
-
Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah ...
-
Seseorang biasanya merasa nyaman karena memiliki sandaran yang kuat dalam hidupnya. Seperti seorang anak yang merasa nyaman jika ber...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar