TEGURAN UJIAN ATAU ADZAB ?
“Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan Allah SWT akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya” . (HR. Muslim).
Pengalaman hidup seorang manusia siapapun pasti tidak akan terlepas dari sebuah kondisi suka maupun duka. Membahagiakan atau menyakitkan. Selesai masalah satu muncul lagi masalah yang lain.
Dalam konsisi senang, apakah kita mampu bersyukur dan ihlas berbagi. Dalam keadaan susah mampu kah kita bersabar, dan tetap dalam kepatuhan. Semua masalah datang pasti atas perkenan Tuhan. Oleh karena itu semakin diuji semain dekat sang hamba menghampiri Tuhan. Baik psikolog maupun rohaniawan, menyebut orang dengan tipe ini tergolong orang yang kuat. Kuat bukan karena dia tinggi kuasanya, atau canggih teknologinya, melainkan karena ia hanya bersandar kepada zat Allah Sang Maha Kuat dan yang Maha memberi kekuatan. Rasionalitas dan teknologi terus dipicu justru untuk mencari jalan mudah mengenali Kemahabesaran Allah. Sadar betul bahwa musibah atau kesulitan setingkat dewa sekalipun pada dasarnya adalah kasih sayang Allah dalam bentuk yang lain.
Orang yang KUAT adalah:
-▪︎Orang yang DAPAT BERSERAH saat kekuatiran datang;
▪︎Orang yang DAPAT MENGENDALIKAN DIRI saat amarah menyerang;
▪︎Orang yang DAPAT BERSYUKUR disaat kekecewaan tak kunjung reda;
▪︎Orang yang DAPAT TERSENYUM pada saat terluka.
▪︎Orang yang DAPAT BANGKIT saat terjatuh.
Betulkah setiap musibah adalah ujian Tuhan ?
Musibah bisa tergolong ujian untuk mengingatkan "pangkatnya" seorang hamba disisi Tuhan. Namun ia bisa juga menjadi teguran bahkan adzab. Catatan ini sekedar mengingatkan bahwa Godaan, Teguran, Adzab atau Ujian adalah kata yang sering disebut seolah identik sama. Pa dahal iamemliki kekhasannya sendiri. Tema ini pernah saya bahas saat musibah di negeri datang silih berganti. Pertiwi berduka ditelan lara, beberapa waktu lalu.
contoh kasus: "Bila ada seorang siswa di sekolah yang tidak naik kelas karena ia sering bolos dan malas belajar. jangan bilang “siswa ini tidak naik kelas. Ia sedang diuji Tuhan”. Penggunaan kata Ujian bagi siswa pemalas tersebut, tidak benar. Sebab yang dialami siswa ini bukan ujian melainkan Godaan. Maka itu harap selalu diingat, jalan menuju kebaikan tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Akan selalu ada penghambatnya. Penghalang atau badai penghadang seseorang untuk berbuat kebaikan, atau penghalang mereka yang hendak menuju Tuhan diistilahkan dengan Godaan.!
Jadi pada dasarnya siswa yang tidak naik kelas karena malas belajar adalah siswa yang tak mampu menghalau godaan. Antara lain misal tadi, Kemalasan. Inilh yang dimaksud dengan firman Tuhan
( وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ) النساء/79
“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” QS. An-Nisa;: 79.
Godaan harus dilawan, Ujian harus ikhlas diterima
Jika seorang muslim sholeh dan taat ibadah, selalu bersyukur terkena musibah, maka kelompok ini diberi kabar gembira dengan menaikkan derajat di sisi Allah karena kesabarannya menerima musibah tersebut. Musibah bagi orang soleh dan para nabi inilah yang disebut dengan Ujian!. Ujian datang dari Allah SWT dan sang Pemberi soal amat mengerti kualitas dan kapasitas peserta ujian. Soal kelas XII tidak akan diberikan untuk kelas X. Maksudnya Allah SWT tidak memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya.
Godaan datang dari syetan. Berbeda dengan ujian yang datang sesekali, godaan datang setiap waktu. Ia tidak peduli apakah manusia penerima godaan sanggup apa tidak menyelesaikannya. Uniknya, rupa rupa jenis godaan kerapkali identik dengan keinginan manusia. Ketika manusia terus menerus mengikuti godan. Terus memperturutkan hawa napsu keinginannya hingga lupa daratan lupa lautan, maka tidak lama setelah itu, Tuhan turunkan Karma untuknya. Karma (karya manusia) itulah yang kemudian diistilahkan dengan teguran atau peringatan.
Misalnya Allah menghendaki (musibah) bagi seseorang berupa penyakit yang sulit sembuh, kecelakaan, kebakaran atau kehilangan harta benda , maka sebetulnya Allah sedang (menegur) mengingatkan manusia agar mereka takut dan segera kembali kepada Allah
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)," QS asy-Syu’ara’ [42] : 30. Diharapkan teguran atau peringatan bisa menyadarkan seseorang yang dianggap sudah menyimpang. Namun ketika teguran demi teguran secara berjamaah disepelekan, ketika peringatan Tuhan ramai ramai diabaikan, maka muncul lagi (musibah) yang lebih dahsyat. Lebih mengerikan. Musibah semacam itulah yang berindikasikan sebagai b>Adzab!
Berbeda dengan teguran yang bersifat individu , maka cakupan adzab berlaku umun dan berskala lebih luas, Nasional bahkan (global) internasional. Jika pada teguran durasi lebih singkat, maka pada adzab biasanya lebih awet, lama dan susul menyusul. Belom selesai masalah satu, muncul lgi masalah sejenis di tempat lain. Musibah model ini juga bukan untuk orang perorang seperti pada teguran atau peringatan. Tapi untuk kalangan umum, temasuk mereka para hamba Allah beriman. Ikut juga kena imbasnya. Inilah musibah yang berindikasikan sebagai adzab.
Bencana alam banjir yang hampir merata melanda pelosok Negeri, longsor yang menimbun ratusan nyawa, gempa bumi, tanah yang pindah bergerak (likuifaksi) atau tsunami yang menghempaskan ribuan korban jiwa, pada hakiktanya bukan lagi teguran atau peringatan biasa. Inilah musibah yang kemudian disebut sebagai adzab. Contohnya adzab yang menimpa umat Nabi Luth. "Layaknya orang jungkir balik atau terguling, kerap bagian kepala jatuh duluan, lalu diikuti badan dan kaki. Begitu pula Kota Sodom, saat runtuh dan terjungkal, bagian atas kota itu duluan yang terjun ke dalam laut. Allah sebut deskripsi adzab itu dalam Alquran, ''Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.'' (Surat Huud [11]: ayat 82).
Setidaknya ada dua hal yang amat ampuh mendatangkan adzab Allah. 1, musyrik yakni menduakan Tuhan, percaya Tuhan, tapi juga mengakui ada kekuatan lain sebagai pelindung dan penolong. 2, Menganggap Tuhan lupa ( tidak pernah) memberi. Sebab yang teringat hanya yang belum ada, sementara kenikmatan yang sudah diperoleh tak pernah layak disyukuri.
Pandemi Covid 19 dewasa ini apakah ujian teguran atau adzab? Mana lebih pas. Pembaca silahkan ambil kesimpulan sendiri. Tanpa ingin diberi atau takut kehilangan apapun. Ya..untuk menjawab pertanyaan tersebut syaratnya satu : jujur!
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengatakan wabah Covid-19 belum akan usai di kawasan Asia dan Pasifik. Negara-negara diminta mempersiapkan diri menghadapi penularan virus corona berskala besar.“Biar saya perjelas, epidemi ini masih jauh dari selesai di Asia dan Pasifik. Ini akan menjadi pertempuran jangka panjang dan kita tidak bisa mengecewakan penjaga kita,” kata Direktur Regional Pasifik Barat di WHO Takeshi Kasai pada Selasa (31/3). Berdasarkan data yang dihimpun John Hopkins University and Medicine (Coronavirus Resource Center), saat ini terdapat lebih dari 857 ribu kasus Covid-19 yang tersebar di 180 negara. Sementara korban meninggal telah melampaui 42 ribu jiwa. ** (sumber : Reuters)
Mengajar di SMK Pariwisata Metland, Menerima layanan Konseling Spiritual dan Trainer Humanitarian Programe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ASKETISME saat Stay at Home
Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah ...
-
“Industri perhotelan fokus memberikan pelayanan terbaik kepada tamu. Karena itu, jangan heran apabila pekerjaan ini menuntutmu untuk bisa ...
-
Sudah hampir satu bulan pemerintah Indonesia menghimbau sosial distancing dan swakarantina di rumah. Bosan karena terperangkap di rumah ...
-
Seseorang biasanya merasa nyaman karena memiliki sandaran yang kuat dalam hidupnya. Seperti seorang anak yang merasa nyaman jika ber...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar